Senin, 11 Januari 2010

LIBERALISASI UGAL-UGALAN


Tidak tahu apa yang ada dikepala para pemimpin kita ini. Dalam kondisi daya saing yang belum siap seperti sekarang ini, tetap saja pemimpin kita memberlakukan Perjanjian AFTA ASEAN-CHINA. Sebelum adanya kesepakatan saja, produk-produk ilegal dari China sudah banyak membanjiri negeri ini. Produk lokal pun kewalahan menghadapinya. Tapi pemerintah tidak bisa menekan hadirnya produk ilegal dari china tersebut.

Kini, setelah secara sah diberlakukan Kesepakatan AFTA ASEAN-CHINA, bisa dibayangkan bagaimana gempuran produk-produk China terhadap produk Indonesia. Meskipun sudah jauh-jauh hari sejak tahun 2006 kesepakatan ini dideklarasikan, akan tetapi pemerintah tidak pernah peduli langkah-langkah kesiapan seperti apa yang akan dijalankan. Tidaknya infrastruktur yang dipersiapkan dengan matang. Ekonomi biaya biaya tinggi yang tetap berlaku. Proses perijinan yang mempersulit. Semua itu tetap tidak menjadi fokus perhatian oleh pemerintah. Lalu bagaimana kita mampu bersaing dalam AFTA tersebut.

Efek domino dari pemberlakuan Kesepakatan AFTA ASEAN-CHINA perlahan sudah mulai terasa. Beberapa industri sepatu di Cibaduyut sudah mengalami penurunan omset. Industri garment, tekstil, dan yang lainnya tinggal menunggu waktu diantara gempuran produk-produk dari China. Setelah dalam kondisi tiarap sekuruh industri tersebut, maka mulailah menghantui angka pengangguran. Selanjutnya... bisa kita tebak akan parah seperti apa kondisi perekonomian bangsa ini.

Dengan kondisi seperti ini, pemerintah harus bersikap tegas untuk mengambil sikap MENUNDA Kesepakatan AFTA ASEAN-CHINA. Pemerintah harus terlebih dahulu fokus mempersiapkan infrastruktur yang dapat meningkatkan daya saing. Sehingga produk-produk lokal yang ada benar-benar dapat berkompetisi dari gempuran produk luar.